CONTOH PROPOSAL KUALITATIF
PROPOSAL
METODE PENELITIAN
KUALITATIF
TENTANG
HUBUNGAN POLA HIDUP MASYARAKAT PETANI SAWAH
TERHADAP PENDIDIKAN FORMAL
OLEH:
NAMA:
ULFA RAHMAWATI
NIM:
C1G014225
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MATARAM
2016
HUBUNGAN POLA HIDUP MASYARAKAT PETANI SAWAH
TERHADAP PENDIDIKAN FORMAL (Study
kasus di dusun Mranggen,Bandarsedayu,Windusari,Magelang)
A.
PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang Masalah
Di
dalam masyarakat terdapat macam-macam golongan dan macam-macam kepercayaan dan agama,
karena itu kita harus mengenal adanya pola yang berisi keinginan supaya
bertingkah laku yang baik, yang berisi cita-cita pekerjaan baik, atau juga bisa
di sebut pola ideal (ideal pattern) dan tingkah laku yang benar-benar
dari di lakukan dari pola tersebut dinamakan behaviour pattern atau pola
tingkah laku. Ideal pattern yang berlaku di dalam suatu masyarakat mempengaruhi
tingkah laku anggotanya secara langsung (Ruth Benedict).
Pola
hidup petani sawah mempunyai banyak kesamaan dengan pola hidup petani ladang,
terutama cara hidup berkelompok dan menetap. Masyarakat
petani sawah selalu berusah menyeimbangkan kebutuhan keluarga dengan kebutuhan
relasinya di luar keluarga. Mereka menganggap keseimbangan tersebut sebagai
kosmis dapat menyelamatkan hidup mereka.
Dalam
hal keharmonisan masyarakat petani sawah berbeda dengan petani ladang.
Masyarakat petani ladang mengutamakan keharmonisan dalam arti luas, sedangkan
masyarakat petani sawah sebaliknya mengutamakan keharmonisan dalam arti jiwa (kehidupan
rohani) hal ini dapat dilihat pada kehidupan masyarakat bali yang sangat
mengutamakan ketentramaan batin dan melebihi pengutamaan kebutuhan duniawi.
Kebudayaan
masyarakat petani sawah berkembang di Pulau Jawa dan Bali. Kebudayaan itu
berkembang atas dasar pertanian padat karya di daerah yang yang paling
dekat penduduknya, penduduknya sangat kuat di pengaruhi oleh hinduisme, yang
bercirikan sangat kuat pada status, mengembangkan kesenian yang sangat tinggi
terutama di pusat-pusat keuasaan (kraton-kraton) yang juga sebagai pusat
peradaban. Masyarakat petani sawah juga mengenal irigasi sebagai sistem
pengairan sawah, maka masyarakat sangat tergantung dengan ketersediaan air, di
Jawa dan Bali keadaan geografisnya mendukung akan kehidupan pertanian, air
dalam masyarakat petani sawah juga sangat berpengaruh dalam kehidupan
sehari-harinya. Masyarakat petani biasa menfaatkan musim untuk memulai musim
tanam padi dan tanaman lainya, musim penghujan merupakan musim ideal untuk
musim tanam padi, masyarkat petani sawah biasanya bermukim di daerah pedesaan,
karena bergantung akan lahan pertanian yang luas dan tak akan memungkinkan bila
mereka bermukim di daerah kota yang penuh dengan bangunan dan lahan pertanian
yang sempit ataupun juga tidak ada, masyarakat petani sawah senang hidup
menetap.
2.
Rumusan
Masalah
a.
Bagaimana pola hidup
masyarakat petani sawah didusun mranggen?
b.
Bagaimanakah persepsi
masyarakat petani sawah terhadap pendidikan formal didusun mranggen?
c.
Bagaimana pengaruh pola
hidup masyarakat petani sawah terhadap adanya pendidikan formal didusun
mranggen?
3.
Tujuan
Penelitian
a.
Mendeskripsikan pola
hidup masyarakat petani sawah didusun mranggen.
b.
Mengtahui persepsi
masyarakat petani sawah terhadap pendidikan formal didusun mranggen.
c.
Mendeskripsikan proses
pola hidup masyarakat petani sawah terhadap adanya pendidikan formal
didusun mranggen.
4.
Manfaat
Penelitian
a. Praktis,
yaitu dapat digunakan untuk membandingkan dengan dusun atau wilayah lain di
pulau jawa atau wilayah Indonesia pada umumnya tentang interaksi atau hubungan
pola hidup masyarakat petani sawah dengan adanya pendidikan formal.
b. Teoritis,
yaitu dapat memberikan pengetahuan lebih mendalam tentang interaksi, pola hidup
masyarakat petani sawah dan pendidikan formal. Dan dapat digunakan sebagai
referensi dalam kebutuhan penelitian lanjutan atau sejenis.
B. LANDASAN TEORI DAN
TINJAUAN PUSTAKA
Selo
soemarjan dan Soelaiman Soemardi bahwa sosiologi atau ilmu masyarakat adalah
ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses sosial, termasuk
perubahan-perubahan sosial. Struktur sosial adalah keseluruhan jalinan antara
unsur-unsur sosial yang pokok yaitu kaidah-kaidah sosial, kelompok-kelompok
sosial serta lapisan-lapisan sosial. Proses sosial adalah pengaruh timbal balik
antar berbagai segi kehidupan bersama, umpamanya pengaruh timbal-balik antara
segi kehidupan ekonomi dengan segi kehidupan politik, antar segi hukum dengan
segi kehidupan agama, antara segi kehidupan agama dengan segi kehidupan ekonomi
dan sebagainya. Bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial, karena
intraksisosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial.
Intraksi sosial mrupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut
hubungan antara orang-perorangan, kelompok –kelompok, orang maupun orang
perorangan dengan kelompok manusia: Gilin dan Gilin (1954). Bentuk-bentuk
interaksi sosial adalah kerja sama (cooperation), persaingan (competition),
akomodasi (accomodation), dan bahkan berbentuk pertentangan atau pertikaian
(conflict): selo sumardjan dan solaeman soemardi (1964).
Pendidikan
umumnya berarti daya upaya untuk memajukan budi pekerti (kekuatan batin, karakter),
pikiran (intelek) dan tubuh anak: Ki Hajar Dewantara.
Pendidikan
adalah proses yang berisi berbagai macam kegiatan yang cocok bagi individu
untuk kehidupan sosialnya dan membantu meneruskan adat dan budaya serta
kelembagaan sosial dari generasi ke generasi: Crow and Crow.
Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual-keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta ketrampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara: UUSPN NO.20 Tahun 2003.
Pendidikan
adalah proses seseorang mengembangkan kemampuan, sikap, dan bentuk-bentuk
tingkah laku lainnya di dalam masyarakat tempat ia hidup, proses sosial yakni
orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol
(khususnya yang datang dari sekolah), sehingga dia dapat memproleh atau
mengalami perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimal: Dictionary
of education.
Pendidikan
formal jalur pendidikan yang terstrukturdan berjenjang yang terdiri atas
pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan tinggi: PP No 19 2005.
1.
POLA
Pola
adalah sesuatu yang diterima seseorang atau kelompok dan dipakai sebagai
pedoman, sebagaimana diterimanya dari masyarakat sekelilingnya.
Pola
adalah sambungan dan hubungan antara semua hal-hal, mengerti pola membantu kita
menemukan akar tantangan dan menuntun kita pada kehidupan yang swasembada
sekaligus selaras dengan alam.
Pola
adalah susunan teratur dari objek atau peristiwa dalam waktu atau ruang. (kamus
besar bahasa indonesia)
2.
Masyarakat
Masyarakat
merupakan kesatuan dari orang-orang yang hidup di daerah tertentu dan
bekerjasama dalam kelompok-kelompok berdasarkan kebudayaan yang sama untuk
mencapai kepentingan yang sama. Masyarakat memiliki ciri-ciri mempunyai
wilayah, merupakan satu kesatuan penduduk, terdiri atas kelompok-kelompok
fungsional yang heterogen, mengemban fungsi umum dan memiliki kebudayaan yang
sama.
Salah
satu ciri masyarakat adalah selalu berkembang. Mungkin pada masyarakat tertentu
perkembangannya sangat cepat, tetapi pada masyarakat lainnya agak lambat bahkan
sangat lambat. Karena adanya pengaruh dari perkembangan
teknologi, terutama tekonologi industri transportasi, komunikasi,
telekomonukasi, dan elektronika. Masyarakat kita dewasa ini berkembang sangat
cepat menuju masyarakat terbuka, masyarakat informasi, dan global. Dalam
kondisi masyarakat demikian, perubahan-perubahan terjadi dengan cepat, lancar
dan akurat. Perubahan yang cepat hampir terjadi dalam semua aspek kehidupan
sosial budaya, ekonomi, politik, ideologi, nilai-nilai etik dan estetik.
Perubahan-perubahan masyarakat ini akan mempengaruhi pengetahuan, kecakapan,
sikap, aspirasi, minat, semangat, kebiasaan bahkan pola-pola hidup mereka.
Manusia secara psikologis memerlukan komunitasnya untuk berkembang dan jarang
sekali berani berkembang sendiri menjauhi norma-norma dan harapan
masyarakatnya.
Dalam
masyarakat terdapat dua macam, yaitu masyarakat desa dan mayarakat kota.
Masyarakat kota biasanya hidup dalam kota-kota besar, dan sebaliknya dengan
masyarakat desa adalah masyarakat yang hidup di pedesaan.
Desa
merupakan satuan terkecil dari pemerintahan negara kita sejak jaman kerajaan
hingga penjajahan dan kemerdekaan. Desa sendiri berasal dari bahasa india “Swadesa”
yang berarti tempat tinggal negeri asal atau tanah leluhur yang merujuk pada
suatu kesatuan hidup, dengan satu kesatuan norma serta memiliki batas yang
jelas.
Roucok
dan Waren (dalam Yuliati, 2003:24) mendefinisikan desa sebagai bentuk yang
diteruskan antar kedudukan dengan lembaga-lembaga mereka di wilayah setempat di
mana mereka tinggal yaitu ladang-ladang yang berserak dan di kampung yang
biasanya menjadi pusat aktivitas mereka bersama.
Desa
sebagai ruang masyarakat tradisional memiliki kecirian fisik yang di tandai
oleh pemukiman yang tidak padat, sarana transportasi yang langka, penggunaan
tanah persawahan. Kecirian lain berupa unsur-unsur sosial pembentuk desa yaitu
penduduk dan tata kehidupan. Ikatan tali kekeluargaan di desa sangat erat di
mana gemeinshaft menjadi dominan.
Ciri-ciri masyarakat
desa:
a.
Masyarakatnya erat sekali
hubungannya dengan alam.
Masyarakat
desa pada umumnya sangat bergantung kepada alam. Hal ini dikarenakan memang
daerah pedesaan lebih banyak masih alami dan belum mendapat sentuhan
pembangunan seperti halnya kota. Masyarakat menggunakan alam sekitar seoptimal
mungkin untuk kehidupan mereka. Tanah di pedesaan yang umumnya masih subur
banyak dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kelangsungan hidup mereka. Misalnya membuka lahan
untuk pertanian padi, perkebunan,dll.
b.
Penduduk di desa merupakan
unit sosial dan unit kerja.
Penduduk
desa merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa kekerabatan yang
menempati suatu wilayah sosial tertentu. Penduduk desa biasanya bila bekerja
selalu bersama-sama atau berkelompok dengan penduduk lain membentuk satu unit
kerja, misalnya dalam kegiatan panen maka secara otomatis penduduk akan
berkelompok untuk mengerjakan pekerjaan tersebut.
c.
Masyarakat desa mewujudkan
paguyuban/gemainschaft.
Paguyuban
adalah bentuk kehidupan bersama di mana anggota-anggotanya diikat oleh hubungan
batin yang murni dan bersifat alamiah serta bersifat kekal. Dasar hubungan ini
adalah rasa cinta rasa kesatuan batin yang memang telah dikodratkan. Kehidupan tersebut
dinamakan juga bersifat nyata dan organis.
Unsur-unsur Desa adalah:
a.
Daerah
Dalam arti tanah-tanah yang
produktif dan yang tidak, beserta penggunaanya, termasuk juga unsur lokasi,
luas dan batas yang merupakan lingkungan geografi setempat. Daerah ini
berfungsi untuk menyediakan kemungkinan hidup, karena suatu masyarakat tidak
bisa hidup tanpa ada daerah yang dapat dihuni olehnya.
b.
Penduduk
Adalah hal yang meliputi
jumlah, pertambahan, kepadatan, persebaran dan mata pencaharian penduduk desa
setempat. Penduduk bisa mempertahankan hidupnya setelah menempati daerah tadi.
Penduduk juga bisa disebut sebagai orang-orang yang menempati suatu daerah.
c.
Tata kehidupan
Dalam hal ini pola tata
pergaulan dan ikatan-ikatan pergaulan warga desa. Jadi, menyangkut seluk-beluk
kehidupan masyarakat desa (rural society). Tata kehidupan, dalam artian
yang baik memberikan jaminan akan ketenteraman dan keserasian hidup bersama di
desa.
3.
Petani
Petani
adalah seseorang yang bergerak di bidang bisnis pertanian utamanya dengan
cara melakukan pengelolaan tanah
dengan tujuan untuk menumbuhkan dan
memelihara tanaman (seperti padi, bunga, buah dan lain lain), dengan harapan untuk
memperoleh hasil dari tanaman tersebut untuk di gunakan sendiri ataupun
menjualnya kepada orang lain. Mereka juga dapat menyediakan bahan mentah bagi
industri ,seperti serealia untuk minuman beralkohol, buah untuk jus, dan wol penenunan dan
pembuatan pakaian.
Dalam negara berkembang atau budaya
pra-industri, kebanyakan petani melakukan agrikultur
subsistence yang sederhana - sebuah pertanian organik sederhana dengan
penanaman
bergilir yang sederhana pula atau teknik lainnya untuk
memaksimumkan hasil, menggunakan benih yang diselamatkan yang
"asli" dari ecoregion.
C. METODOLOGI
1.
Dasar Penlitian
Dalam penelitian yang
berjudul HUBUNGAN POLA HIDUP MASYARAKAT
PETANI SAWAH TERHADAP PENDIDIKAN FORMAL (Study kasus di dusun
Mranggen,Bandarsedayu,Windusari,Magelang) Penulis menggunakan metode penelitian
kualitatif. Boghdan dan Tylor dalam Moleong (2004:3) mendefinisikan penelitian
kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data dekskriptif berupa
kata-kata tertulis atauu lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.
Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistic (utuh), dalam hal ini tidak
boleh mengisolasikan individu atau oranisasi dalam variabel atau hipotesis
tetapi perlu juga memandangnya sebagai bagian daro suatuu keutuhan. Sedangkan
menurut Kirk dan Miller, mendefinisikan bahwa penelitian kulaitatif adalah
tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosia secara fundamental yang
bergantung pada pengamatan terhadap manusia dalam lingkungannya sendiri dan
berhubungan dengan orang-orang tersebut di dalam pembahasannya (Moleong,
2004:3).
Metode kualitatif ini
digunakan dengan beberapa pertimbangan yaitu, menyesusikan agar lebih mudah
apabila berhadapan dengan kenyataan ganda, metode ini menyajikan secara
langsung hakikat hubungan antara peneliti dan responden, metode ini lebih peka
dan dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan
terhadap pola-pola nilai yang dihadapi. Metode yang digunakan dalam penelitian
selain mengambil data yang dituntun, penjelasan berupa uraian dan analisis yang
mendalam. Dalam penelitian ini, menggunakan metode yang diharapkan ketika
pembaca membaca tulisan ini seolah-olah didalamnya dan dapat mengikuti alur
ceritanya.
Penelitian kualitatif
lebih mementingkan pada penjelasan tentang pola hubungan anatar gejala yang
diteliti. Hal ini sesuai dengan tujuanpenelitian kualitatif yang berusaha
mendeskripsikan dan menjelaskan suatu pola hubungan antar gejala atau peristiwa
yang diteliti. Dengan demikian, untuk menjelaskan pola-pola tersebut maka
metode penelitian kualitatif menurut Tylor dan Boghdan mempunyai cirri-ciri
antara lain induktif, holistic, naturalistik, memahami masyarakat yang akan
dikaji dari sudut pandang emik, mengesampingkan pandangan subjektif peneliti,
mencoba memahami serta mendetail perspektif masyarakat yang distudi,
humanistic, menekankan validitas dalam penelitian, semua latar belakang dan
orang berharga untuk dikaji dan merupakan seni (Joyomartono,1995:3).
2.
Fokus Penelitian
Fokus adalah konsep
yang mempunyai bermacam-macam nilai (Waluyo, 1990:61). Menurut Moleong
(2004:237) tidak ada satupun penelitian yang dapat dilakukan tanpa adanya fokus
yang diteliti.
Fokus dari penelitian
ini adalah pola kehidupan masyarakat petani sawah mempengaruhi pendidikan
formal yang di fokuskan objek kajian di dusun Mranggen, desa
Bandarsedayu, kecamatan Windusari, kabupaten Magelang.
3.
Lokasi
Penelitian
ini di lakukan di dusun Mranggen, desa Bandarsedayu, kecamatan Windusari,
kabupaten Magelang. Masyarakat dusun mranggen mayoritas bermata pencaharian
sebagai petani, yang mengolah lahan pertanian yang brupa sawah-sawah musiman
dan sawah tadah hujan.
4.
Sumber
Data Penelitian
a.
Subjek
Subjek
dari pnelitian ini adalah warga masyarakat dusun Mranggen, desa
Bandarsedayu, kecamatan Windusari, kabupaten Magelang. Yang di khususkan kepada
masyarakat petani sawah (yang bermata pencaharian sebagai petani).
b.
Informan
Informan
utama dari penelitian ini adalah perangkat desa yang berwenang di dusun
Mranggen, desa Bandarsedayu, kecamatan Windusari, kabupaten Magelang yang biasa
di sebut “Bayan”.
c.
Dokumen-dokumen
Dokumen
yang di gunakan dalam penelitian ini adalah berupa catatan-catatan resmi, foto,
maupun buku-buku yang relevan dengan masalah ini.
5.
Teknik
Pengumpulan Data
Menurut
Rachman (1997:71) bahwa penelitian di samping menggunakan metode yang tepat,
juga perlu memilih teknik dan alat pengumpulan data yang relevan. Adapun metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah:
a.
Observasi
Observasi merupakan
pengamatan terhadap fenomena yang akan dikaji, dalam hai ini berarti peneliti
terjun langsung dalam lingkungan masyarakat. Menurut Abdurrachman (Fathoni.
2004:104) pengamatan adalah tehnik pengumpulan data yang dilakukan melalui
suatu pengamatan dengan disertai pencatatan-pencatatan terhadap keadaan atau
perilaku ojek sasaran. Dengan metode observasi ini, peneliti mengadakan
pengamatan secara langsung terhadap subjek yang diteliti dalam kurun waktu yang
lama. Observasi dapat dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran,
peraba, dan pengecap (Arikunto, 1997:128). Teknik observasi menurut Arikunto
adalah kegiatan yang memusatkan perhatian terhadap suatu objek menggunakan
seluruh alat indera.
b.
Wawancara
Menurut
Koentjaraningrat, metode wawancara atau interview merupakan cara yang
dipergunakan kalau seseorang mencoba mendapatkan keterangan atau pendirian
secara lisan dari seorang responden, dengan bercakap-cakap dan berhadapan muka
dengan orang tersebut. Sedangkan Moleong menyatakan wawancara adalah percakapan
dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh pihak pewawancara yang mengajukan
pertanyaan pada terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.
Teknik wawancara ini
dipergunakan dalam penelitian untuk mendapatkan informasi mengenai hubungan pola hidup masyarakat petani sawah
terhadap pendidikan formal. Peneliti menggunakan alat pengumpulan data yang
berupa pedoman wawancara yaitu instrumen yang berbentuk pertanyaan yang
ditujukan kepada masyarakat dusun mranggen.
c.
Dokumentasi
Menurut Rachman
(1996:96), dokumentasi merupakan cara mengumpulkan data melalui peninggalan
tertulis, seperti arsip-arsip, buku-buku tentang pendapat teori, hukum-hukum
yang berhubungan dengan masalah penelitian. Sedangkan
menurut Arikunto (2006:158), dokumentasi berasal dari kata dokumen. Yang
artinya barang-barang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokementasi
peneliti menyelidiki benda-benmda teryulis seperti buku-buku, majalah, dokumen,
pearturan-peraturan, dan sebagainya.
Dalam
penelitian ini, metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data seperti
foto-foto keluarga petani, aktivitas anak dan keluarga, dan setersnta. Dalam
alat dan teknik pengumpulan data, peneliti menggunakan tiga metode yaitu
observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hal ini disebabkan karena peneliti
merasa ketiga metode ini cukup relevan dalam pengumpulan data.
6.
Analisis
Data
Dari
penelitian yang telah diperoleh oleh peneliti kemudian diperoleh data-data yang
kemudian akan di analisis sehingga peneliti dapat mengguraikan hasil
penelitiannya. Karena pada penelitian kualitatif yang paling utama ada
mendeskripsikan hasil penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Handoyo,eko,dkk.2007.” Studi Masyarakat
Indonesia” Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang: Semarang
Moleong, J.Lexy. 2005. Metode Penelitian Kulitatif. PT Remaja Rosdakarya:
Bandung
Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu
Pengantar. PT Grafindo Persada: Jakarta
Munib, Achmad, 2009.”Pengantar Ilmu Pendidikan”. UNNES PRESS:Semarang
Komentar
Posting Komentar